Minggu, 29 Mei 2011

Wahai Guru Tua

Selamat pagi Guru Tua,
yang selepas ufuk timur menjingga,
terus meninggi higga sepenggalah,
dia berperang dengan tulang belulanganya
yang penuh rematik.
Berpacu dengan gurat wajahnya yang semakin kusut,
namun semangatmu menyala.

Selamat siang Guru Tua,
Walau bibir keringmu kerontang,
tak lagi berbuih hingga berbuku-buku dilalap habis
dan anak didikmu hanya menguap malas,
lesu penuh tatapan sayu,
namun jiwamu tetap baja

Selamat petang Guru Tua,
Anak didikmu kian pulas,
apa daya kantuknya seakan terus mengutuk
dan acuh tak acuhkan semua celotehmu
namun hatimu selembut salju

Termuat di Majalah Pewara Dinamika UNY Edisi April 2011