Kamis, 08 Juli 2010

Mini Antologi Syair Ujian Kehidupan

Detik akhir


(5 menit sebelum UAN’09 usai, 09:54:56)

April 20th, 2009


Jemariku tak lagi menari, lesu

hanya suara kletak-kletok jam dinding,

sesekali kertas terbolak-balik, jenuh aku

Seseorang bukan usil menjatuhkan pensil,

jelas tangis sang pensil yang patah ujung runcingnya

pilu, seseorang tak bawa serutan

Atau jua hak sepatu tinggi ibu-ibu muda, na’udzubillah

tapal kuda kembali terdengar, dan ini jeritan alam

bedak menor luntur, bercampur akan peluhnya

Terik!

Desis mereka yang bertubi-tubi

pun tersapu semilirnya kipas angin tua di tengah neraka ini

Si Bapak hanya mengantuk malas

berita acaranya adalah liurnya, dengkurnya tiba-tiba

Bapak tak hiraukan secarik kertas melayang di ubun-ubunnya

uh, petaka pun lewat bagi si empu kertas itu

Makin nikmat saja ia bercumbu, berbagi aroma busuk

dengan lalat nakal ujung mulut nganga tak terjaga

Teeet!!!

Datang berdentang sebagai pertanda

menggema hingga pojok-pojok kolong meja bobrok

Jantung pun kembali berdetak

oleh karena si Bapak mangaum dahsyat, terjaga

Menuju detik-detik akhir, melewati sisa-sisa waktu

Dan jemari ini tetap enggan menari

Namun, aku yakin Tuhan Maha Pemberi










Nyaris Mati Kutu



(hari kedua UAN’09)

April 21st, 2009


Bapak itu,

Tatapan tajam, kerut wajahnya adalah prinsipnya

minta ampun si bola mata, pelit!

bahkan kutu rambutku turut merinding

debu pun enggan hinggapi jas hitamnya

hanya buluh-buluh makiku yang berontak di hati

Ibu itu,

sepatu tapal kudanya masih sama

berpadu dalam kegarangan di mataku, menggertak

seolah monster-monster dalam pikirku, mematikan

tek lepas sedetikpun pandangannya

muak aku, caci-makiku meletup-letup

Aku itu,

aku itu tak berkutik, mati

aku lemah tak berdaya, kecil tak berarti

sekali berpindah pandang pun tak berani

namun sial, begitu baiknya iblis keparat

bisiknya mengalirkan tetuah paten

Tuhan bersama orang-orang Pemberani

hingga kutu di kepalaku tak jadi mati

terbunuh monster jantan betina tak beranak pinak itu













Usai Lima Menit Lalu


(hari ketiga UAN’09 usai)

April 22nd, 2009


Kali ini, mata ini tak buta atau pura-pura buta

telinga ini tak lagi tuli atau pun pura-pura tuli

rasa ini ada dan tak kan pernah tiada

Pernah tahu akan hitam dan putih?

Pernah jua tahu akan gelap dan terang?

Itu dia!

Walau ujian ini usai lima menit lalu

sesaat sebelum akhir waktu, sepi

seolah lemas lunglai habis berfikir mati

keluar dengan langkah gontai

namun gemuruh-gemuruh kaki, bertolak dari sunyi,

satu, dua, tiga dan selanjutnya

berbisik, bercanda tawa, hingga tak sadar lantangkan suara

kau tahu arti tos dari tangan-tangan itu?

tahukah senyum terima kasih itu?

atau pekik bersama

lantaran tak sengaja membakar jenggot sendiri?

dan titik hitam itu tetap ada



















Terima kasih, Kawan!



(Sebelum mata terpejam, usai UAN’09 hari keempat)

April 23th, 2009


Sebelumnya kau hilang, seolah tiada dalam sepiku

saat semua ku kail sendiri, ku nikmati sendiri

nikmat memang, lezat bukan main

Bukan aku hidup tanpamu

bukan jua ku kenal kau sesaat

namun seolah kau malaikat penolong

atau kalau tak keberatan, ku sebut kau iblis pembantu

berkorban seolah dzikir demi masa depanku, masa depanmu

tak peduli akan mata tajam mengintai

tak peduli akan cambuk menanti

seolah kau bisu, seolah kau buta, seolah kau tuli

tak hirau apa pun

yang kau tahu lonceng belum terdera

namun aku tetap manunggu, Kawan

menunggu kau terima ucap getirku

Terima kasih, Kawan!























Belenggu Asa



(hari terakhir UAN’09)

April 24th, 2009


Kali ini,

mentari masih terbit dari ufuk timur

namun lain alur pada cerita bocah dari pesisir

doa-doa terus mengaliri nadi

tak ubahnya asa yang semakin memuncak

namun tertepis,

hanya sapuan bulu-bulu halus, kecil

sempat melayang, seolah ‘kan hilang

dan niat itu suci, Kawan!

hanya iblis saja yang begitu terkutuk

hingga titik-titik hitam itu ada

akankah hidupku berakhir diujung runcing ini

atau aku harus tetap berlari

menguras peluh dari awal

dan tergelincir dari setitik debu sial

karena dilema yang membelenggu asa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar